Rabu, 01 Juni 2011

Budaya Musik

Dewasa ini banyak berkembang group-group band di Indonesia yang dari berbagai aliran musik. Dan perlu kita tahu bahwa sebagian besar group band di Indonesia mengusung aliran musik asing. Ini merupakan pengaruh budaya asing terhadap budaya local. Dan salah satu budaya asing yang mempengaruhi budaya local Indonesia adalah di budaya musik.
Tentang musik, ada banyak hal yang bisa dibahas, mulai dari nada, not, instrumen musik, pemusik, pencipta, hingga jenis irama. Berbicara musik pun tidak terlepas dari jenis-jenisnya, dari klasik hingga pop. Di mana-mana, di atas dunia, banyak orang bermain musik. dari yang pop sampai klasik, begitu paling tidak dikatakan Raja dangdut Rhoma Irama dalam Musik satu lagunya yang mencetak hits pada 1970-an. Banyak orang bilang, dasar dari semua permainan (jenis/genre) musik berasal dari klasik, yang tumbuh dan berkembang pada Periode Klasik. Umumnya, semua sekolah musik memberikan pelajaran kepada siswanya dengan pengenalan dasar-dasar not dan lagu klasik dari Barat, yang tumbuh dan berkembang pada abad ke-18 hingga awal abad ke-19.
Zaman Klasik dibatasi antara Zaman Barok dan Zaman Romantik. Komponis yang terkenal pada masa itu adalah Joseph Haydn, Muzio Clementi, Johann Ladislaus Dussek, Andrea Luchesi, Antonio Salieri, Carl Philipp, Emanuel Bach, Wolfgang Amadeus Mozart, dan Ludwig van Beethoven.
Musik tidak bisa tidak merupakan salah satu potret seni budaya, tradisi dan pandangan hidup masyarakat, tempat ia tumbuh dan berkembang di dalamnya. Karya cipta musik yang baik pun selalu menggambarkan suasana hati dan pikiran sang pencipta.
Dari musik klasik, orang kemudian diperkenalkan kepada jenis musik jazz dan blues yang merupakan jeritan hati kaum budak (negro) di Amerika Serikat.
Di negeri Paman Sam, semula hanya dikenal country dan rock and roll, yang menjadi sangat populer sejak kemunculan Elvis Presley tahun1950-an.
Dalam waktu hampir bersamaan, di belahan bumi Amerika Latin dan Afrika terjadi gelombang aneka jenis musik, di antaranya reggae, ska, hip hop, R&B, Soul, Dixie, Rhumba, Chacha, dan Bosanova. Memasuki 1960-an, di Inggris muncul generasi pop yang dipelopori Beatles, selain rock `n` roll blues yang dimotori Rolling Stones.
Disebut pop karena generasi ini tidak melekatkan diri pada budaya tertentu dan menciptakan musik sesuai selera dan gaya hidup modern.
Di Indonesia, muncul pula kelompok musik "ngak-ngik-ngok" Koes Bersaudara, belakangan berganti nama menjadi Koes Plus, yang sempat dijuluki Presiden Soekarno sebagai kapitalis, juga Dara Puspita. Selain itu, juga tampil band pop dan rock seperti Gypsy, Mercy`s, Panbers, D`Llyod, God Bless, Rollies, Giant Step, AKA, SAS, Black Brothers dan sebagainya. Sebelum generasi pop menyerbu ke Indonesia, di negeri Nusantara ini sudah pula berkembang musik klasik, tokohnya yang terkenal antara lain Ismail Marzuki dan Mochtar Embut. Namun, ketimbang menyebutnya klasik, pianis dan komponis bereputasi internasional Ananda Sukarlan lebih suka memakai istilah musik sastra. Menurutnya, musik sastra adalah lagu yang dibuat dari karya sastra, sajak dan puisi. Not demi not ditulis dalam partitur sebagai sebuah komposisi musik dan lagu.
Dari penghayatan dan kemudian rasa sungkan serta hormat terhadap puisi itu, seorang musisi/komponis menciptakan lagu dengan merangkai chord (kunci) dan not untuk musik dasar dan melodinya, dalam kesatuan harmoni demi menghadirkan keindahan dan keanggunan lagu sesuai kandungan puisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar